Program kuliah gratis yang digagas Pemprov Sumatera Selatan (Sumsel) pada 2015 mendatang masih butuh persiapan. Selain itu, harus ada payung hukum melalui peraturan daerah (perda) serta anggaran yang cukup.
UNGKAPAN “gratis” acapkali menjadi senjata ampuh untuk menarik simpati masyarakat. Terutama, pada masa pemilihan kepala daerah, baik provinsi hingga kabupaten/kota. Inilah yang dilakukan pasangan H Alex Noerdin-Ir Ishak Mekki pada janji kampanye pemilukada Sumsel 2013 lalu. Dimana, pasangan menyerukan janji politiknya akan melaksanakan program kuliah gratis jika terpilih.
Setelah pasangan ini terpilih, bagaimana dengan janji tersebut? “Ada tiga prioritas pembangunan di Sumsel, seperti pendidikan, kesehatan, dan lapangan kerja,” ungkap Gubernur Sumsel, H Alex Noerdin. Selain itu, lanjut dia, ada berbagai program unggulan Pemerintah Provinsi Sumsel yang kini diadopsi pemerintah pusat.
Namun, dengan adanya hal tersebut, tidak serta-merta menghentikan program yang telah berjalan. Justru sebaliknya, akan lebih ditingkatkan kualitasnya, termasuk mengenai sekolah gratis hingga sarjana. “Pendidikan prioritas pembangunan. Kenapa demikian? karena sekolah itu mahal, sementara rakyat harus mendapatkan kesempatan yang sama. Itu hak rakyat dan menggunakan uang rakyat. Jadi tidak berlebihan kalau digratiskan,” terang Alex.
Begitu juga mengenai kesehatan yang juga mahal. Makanya digratiskan supaya anak-anak kita, selain pintar, juga sehat. Jadi harus pintar dan sehat agar bisa bersaing di era globalisasi. Itulah dasar mengapa hal tersebut menjadi prioritas.
Ke depan, sesuai dengan janji kampanye pasangan Alex Noerdin-Ishak Mekki, bahwa sekolah gratis meningkat menjadi kuliah gratis. Saat ini, Pemprov Sumsel tengah menyiapkan naskah akademik serta mengumpulkan bahan guna menyusun raperda eksekutif. Nanti, raperda itu akan dibahas terlebih dahulu bersama Komisi V DPRD untuk dibuat kajian ilmiah serta teori, termasuk juga parameter untuk membuat keputusan tersebut.
“Saat ini, kita sedang melaksanakan persiapan dan menunggu perda. Mudah-mudahan Juli sudah ada,” ujar Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Sumsel, Drs Widodo MPd, saat dibincangi Sumatera Ekspres di ruang kerjanya. Katanya, sejauh ini, sedang dilakukan perumusan perda, sehingga menjadi aturan dasar untuk melaksanakan Rutinitas Program Kuliah Gratis (R-PKG).
“Dalam bayangannya, ada dua jalur, anak mampu akademis untuk strata satu (S1) dan anak tidak mampu secara akademis diarahkan ke komunitas yang setara diploma I, II, dan III, dengan harapan mereka dapat membiayai hidupnya,” ulas Widodo.
Seperti apa bentuknya nanti? Tahap awal, rencana kajian yang akan dilakukan mengarah pada program tertentu atau cenderung ke program studi tertentu yang diperlukan Pemprov Sumsel. “Tim perumus kuliah gratis langsung ditangani lima orang. Harapannya, setelah terumus, akan melakukan pertemuan dengan Komisi V, tokoh masyarakat, pimpinan perguruan tinggi, dan lainnya sehingga lahirlah rakerda (rapat kerja daerah).
“Saat ini, juga dilakukan penghimpunan sumber pendanaan. Apakah seluruhnya Pemprov Sumsel atau ada instansi lain,” ucapnya. Tak hanya itu, program kuliah gratis Pemprov Sumsel juga dilakukan penyingkronan dengan program lainnya, terutama mengenai beasiswa sehingga tidak tumpang tindih. Misalnya, mahasiswa penerima beasiswa bidik misi, supersemar, dan kuliah gratis sehingga terintegrasi dan akuntabilitas dapat dilihat. (nni/asa/ce4)
Harus Matang dan Tepat Sasaran
KETUA Dewan Pendidikan Sumsel, Prof Dr M Sirozi, mendukung program kuliah gratis yang diwacanakan Pemprov Sumsel. Sebab, masyarakat Indonesia yang melanjutkan kuliah ke jenjang perguruan tinggi (PT) masih sangat rendah.
“Angka partisipasi masyarakat yang melanjut ke perguruan tinggi hanya 25 persen setelah mereka lulus SMA dari yang berusia 19-24 tahun. Untuk Sumsel, sekitar 18-20 persen saja,” ungkap Sirozi.
Namun, ia berharap program kuliah gratis ini harus dirancang secara matang dan tepat sasaran sebelum diberlakukan di masyarakat Sumsel. Sebab, saat ini sudah banyak program bantuan pendidikan berupa beasiswa dari pemerintah pusat maupun BUMN/BUMD yang diberikan kepada para calon mahasiswa berprestasi. “Jangan sampai program kuliah gratis bertabrakan dengan program yang sudah ada,” kata Sirozi.
Untuk itulah, ia berharap Pemprov Sumsel harus memiliki aturan dan kebijakan yang jelas terhadap program kuliah gratis ini. Jangan sampai masyarakat salah paham dan mengira bahwa semuanya bisa kuliah tanpa bayar sama sekali. Padahal, banyak pula masyarakat yang mampu membayar kuliah sendiri.
Menurutnya, sasaran kuliah gratis tidak bisa pukul rata kepada semuanya, namun kepada calon mahasiswa yang kurang mampu, tapi berprestasi. “Maka sebelum diberlakukan, harus jelas sasarannya, untuk siapa saja program kuliah gratis ini, dalam hal apa, dan kuliahnya di mana?” katanya.
Selain itu, APBD Sumsel yang dipakai untuk kuliah gratis ini juga harus ditujukan khusus dalam hal peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan pembangunan Provinsi Sumsel.
Kuliah gratis tidak mesti ditujukan kepada semua program studi (prodi), tetapi pada prodi tertentu yang sangat urgen dan berpengaruh bagi pembangunan Sumsel, seperti pertanian dan perikanan.
Ia menyarankan, sebaiknya bagi mahasiswa yang mendapat kuliah gratis ini, jika sudah lulus, maka harus bisa mengabdi bagi Sumsel sehingga manfaat tersebut bisa nyata bagi provinsi. Bahkan, bila perlu, masyarakat yang mendapat kuliah gratis atau program beasiswa dari Pemprov Sumsel, harus membuat perjanjian kontrak untuk memberikan sumbangsih dan ilmunya selama kuliah bagi pembangunan provinsi.
“Selama ini, kan memang pemprov sudah ada program sekolah gratis serta program pemberian beasiswa bagi mahasiswa, tapi bagi S2 dan S3 saja. Jadi, intinya kuliah gratis ini kita dukung karena memperluas akses pendidikan bagi warga Sumsel,” pungkasnya. (roz/ce4)
Butuh Bukti, Bukan Janji
MENDAPAT pendidikan layak dan berkualitas menjadi harapan setiap warga negara. Apalagi, secara gratis. Karena, masih banyak anak usia sekolah yang tak mampu melanjutkan pendidikannya ke jenjang lebih tinggi.
“Anak pintar, bisa sekolah tinggi, tentunya harapan semua orang tua. Tapi mau gimana lagi, kalau tidak ada biaya, sampai SMA saja sudah Alhamdulillah,” ujar Ningsih yang kesehariannya menjual gorengan. Pemerintah tentunya harus memberi kemudahan untuk mendapatkan pendidikan bagi warganya sehingga anak-anak Indonesia bisa pintar.
“Pastinya, rakyat itu butuh bukti, bukan janji. Jika pemerintah berencana melanjutkan program sekolah gratis sampai kuliah gratis, itu program luar biasa. Pastinya sangat ditunggu-tunggu masyarakat, apalagi orang seperti kita,” terangnya.
Bicara masalah gratis, lanjutnya, apa saja yang digratiskan? Sebab, kalau sekolah, anaknya masih ada yang bayar, terutama buku pelajaran masih membeli. “Gratis, kalau SPP, memang tidak bayar. Tapi kalau buku pelajaran dan lainnya, memang masih bayar,” ulasnya.
Hal senada dikatakan Rahayu. Ibu tiga anak ini mengaku, kalau saat ini, semua anaknya masih duduk di bangku sekolah dan kuliah. “Dua anak saya sudah kuliah, satu orang masih duduk di bangku SMA kelas dua. Kalau memang kuliah akan gratis, pastinya sangat membantu,” katanya.
Pemerintah provinsi jika benar nanti akan ada program kuliah gratis, selaku orang tua, sangat mengharapkan hal tersebut. Mengingat, saat ini, biaya kuliah cukup mahal, belum lagi ditambah biaya hidup sehari-hari. “Ungkapan gratis, dan itu benar kita selaku orang tua sangat terbantu. Harapan pada pemerintah, hal tersebut dapat segera terwujud dan bisa segera direalisasikan,” tukas Rahayu. (Sumeks.co.id)
ADINDA MAYA